Hukum Islam telah memberi tuntunan terhadap perlakuan mayat yang telah meninggal. Diantaranya ialah manakala seseorang telah meninggal harus dimandikan terlebih dahulu, kemudian di kafani dan di shalati. Pada bagian ini, Pemandi Mayat perlu memahami bagaimana keadaan yang telah dirasakan seseorang yang baru saja mengalami pelepasan atau pencabutan nyawa yang dilakukan oleh malaikat Izroil. Mengapa demikian karena diceritakan oleh Aisyah yang mendengar langsung dari perkataan Rasulullah SAW "Sesungguhnya saat yang paling berat dirasakan mayat ialah manakala datangnya Pemandi Mayat". Sehubungan tidak semua Pemandi Mayat mampu menyadari atau diri batinnya kurang peka betapa mayat itu telah merasakan pedihnya saat pencabutan nyawa, Maka 3 Perkara Penting yang Wajib Dipahami oleh Pemandi Mayat adalah Seruan Ruh orang meninggal.
Berikut ini adalah petikan cerita Ummul mukminin Siti Aisyah RA yang mendapati langsung perkataan dari Rasulullah mengenai Seruan Ruh Orang Meninggal Pada Tukang Memandikan Mayat.
- Pemandi Jenazah biasanya akan melepaskan cincin yang dipakai si mayat jika ada, Kemudian melepaskan pakaian dilanjutkan dengan memandikan, saat itu ruh akan menjerit keras hingga suaranya dapat didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. "Hai tukang memandikan, Demi Allah aku memohon kepadamu agar engkau pelan-pelan saat sedang mencopot pakaianku, karena sesungguhnya saat ini aku sedang istirahat dari sakitnya pencabutan nyawa dari malaikat maut.
- Hai tukang memandikan, demi Allah jangan engkau tuangkan air panas, jangan pula engkau gunakan air dingin, sesungguhnya jasadku telah terbakar sebab dicabutnya nyawaku.
- Lalu ketika dimandikan, ruh pun juga berseru "Wahai tukang memandikan, janganlah engkau pegang diriku terlalu kuat, sesungguhnya jasadku masih terluka karena keluarnya nyawa".
Tiga perkara diatas adalah rasa sakit yang dirasakan oleh mayat pasca pencabutan nyawa, dan rasa sakitnya masih membekas hingga saat dimandikan, jadi para pemandi mayat perlu memahami dan memperlakukan kondisi jasad orang setelah terjadi pencabutan nyawa karena seperti diriwayatkan rasa sakaratul maut itu diumpamakan seperti binatang hidup yang dikelupas kulitnya (dikuliti hidup-hidup) dan rasanya bahkan seribu kali lebih sakit.